Technology

Pages

Jumat, Desember 28, 2012

Surat Cinta Dariku Untuk Kalian


 To: Badan Pengurus Harian (BPH) dan semua Pengurus BEM Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris

Assalaamu'alaykum warahmatullahi wabarakaatuh
Salam sejahtera

Menjumpai kalian dengan penuh cinta,
Sungguh, ada rasa haru saat jemari ini menari di atas petak-petak huruf di laptopku. Kalaupun boleh aku berceritera padamu, mata ini mengkristal meski terjangannya tak mampu menjebol dinding keangkuhanku sebagai laki-laki. Emakku pernah bilang bahwa tidak apa-apa kok laki-laki menangis. Namun dengan segenap kekuatan yang tergambar di senyum kalian aku menyunggingkan senyum bersama bayang senyum-senyum itu. Aku menulis surat ini karena aku ingin membuatmu ingat. Kalian masih bisa membukanya kapan saja. Aku tak ingin perasaanku hanya menjadi angin lalu kalau hanya kuucapkan di ruang dengar kalian.

Sudah berapa hari? Dua hari. Ya, sudah di angka dua. Kalian pasti bisa menebaknya angka dua untuk hal apa. Semoga kalian masih melekatkan ingatan tentang kebersamaan kita. Atau sudah lupa? Aku yakin kalian tak sejahat itu.

Berbilang setahun aku dan kalian melewati banyak kebersamaan. Melewatinya dengan penuh suka cita, luka dan duka, dan berujung dengan airmata penyesalan dan (semoga) bahagia. Ada banyak hati yang tergores, ada banyak kebahagiaan yang tercipta, namun apakah kalian merasakan hal yang sama seperti yang kurasakan. Aku mencintai kalian. Dengan segala bentuk pengertian tentang cinta. Bukan hanya sebatas kata yang tertulis di surat ini tapi perasaan itu sudah melekat dan semakin tumbuh subur justru ketika waktu-waktu kebersamaan kita sudah menggambar kata 'jarang' dengan seenaknya. Bahkan mungkin 'satu-dua kali'. Atau 'tak pernah lagi'.

Hei, apa kabar perasaan kalian? Masihkah merindu dengan kebersamaan itu. Masihkah ada kata maaf yang tak sampai padaku. Percaya tidak? Dinding keangkuhan kelelakianku sekarang jebol. Semakin banyak kata yang terangkai di surat ini terjangannya semakin kuat. Maaf, semoga kalian juga seperti emakku. Aku bukan cengeng. Tapi, aku mencintai kalian. Percayalah. Sekali lagi ini bukan hanya sebatas barisan kata yang berjajar rapi di surat ini. perasaan ini semakin menjamur bak di musim hujan.

Dulu, saat aku terpilih jadi mahasiswa nomer satu di jurusan, aku sangat berharap bisa punya orang-orang yang hebat dan tangguh dan aku menemukan itu pada kalian. Tak perlu mengingat semua kekurangan-kekurangan karena itulah pembelajaran yang sama-sama kita dapat. Aku yang justru tidak hebat dan tangguh. Aku tak benar-benar bisa jadi 'mahasiswa nomer satu'. Aku banyak membuat kalian kecewa. Aku banyak meminta airmata kalian dan sedikit sekali menggambar senyum. Aku tak bisa berdamai dengan diriku sendiri. Aku tak bisa melenyapkan sifat-sifat burukku. Hingga akhirnya semakin banyak gerimis yang membadai.

Aku merasakan pelangi. Lihatlah. Ah, masak tak bisa kalian lihat? Jangan bilang kalau gerimis itu tak berubah jadi pelangi sedikitpun bagi kalian. Di akhir kebersamaan, bukanlah gerimis itu tak terus-menerus menjadi badai. Kita sama-sama menggambar pelangi, bukan? Maaf, kalau ternyata hanya aku saja yang menggambar pelangi gara-gara aku tak mau merasa bahwa aku gagal menjadi orang yang hebat dan tangguh.

Maaf.

Kalian tentu saja berhak menuntutku. Atas segala kekurangan dan kekhilafan. Tapi, aku mencintai kalian. Dengan segala bentuk pengertian dan definisi. Yang bukan hanya sebatas huruf-huruf yang merangkai menjadi kata-kata kepalsuan. Sungguh. Kutitipkan cinta itu pada beningnya embun pagi ini. Dan mendungnya langit siang ini, saat jemari ini menari.


Aku masih ingin bercengkerama dengan kalian. Bolehkah? Di banyak waktu yang kita punya. Di banyak kesempatan yang kita jumpai. Hingga akhirnya kita memang bertemu dengan mimpi-mimpi kita dan cinta ini hanya bisa tertanam lewat jembatan jarak nantinya.

Menjumpai kalian dengan cinta dan air mata,
Muhammad Iqbal