Technology

Pages

Rabu, November 09, 2011

Procedure text-how to make a blog

Artikel ini adalah salah satu tugas mata kuliah writing saya.


Nowadays the most effective way to share our thoughts and opinions is to create our own weblog a.k.a blog. But, how do we start our own blog? Fortunately, starting a blog site is an easy way. Creating a blog is very similar to creating a website. We just need to be aware of a couple of things when we create a blog. Here, I will explain how to create a blog using one of the most free blog-hostings. That is blogger.com or blogspot.

The first step that you have to do is creating an email address. We need this because our email address will be used when we are registering account. It is also needed because our email address is our username when we are login.

Second, if you have made an email open this address, www.blogger.com. Then, click an orange button written ‘Get Started’. After that, complete the registration form like when we are making an email. We must fill the form which contains our identity. There are some forms that we must complete and in every end of the form we just need to click ‘continue button’ until the last form when we are requested for filling our blog title and our blog address like this example address, www.kharisious.blogspot.com. If we have had like that address, it indicates that we have had a blog.

After we have a blog, the last step is choosing template or theme for our blog. This makes our blog looks beautiful. Then, click the ‘continue button’ again and we can start blogging and the world is waiting your story.

Mudik. Lagi

Selepas rapat evaluasi PKMJ yang agak tergesa, saya bersama dua orang kawan SMA meninggalkan Jakarta untuk kembali ke kampung halaman, Lampung. Seorang bernama Yusuf, yang satu jurusan di UNJ, dan seorang lagi Yoga, mahasiswa STIS. Rencananya sih kita mau brngkat setelah maghrib. Tapi, karena beberapa hal akhirnya kami baru bertolak dari kosan Yusuf jam setengah sembilan.

Perjalanan kami dimulai dengan busway. Bermula di shelter UNJ kami bertiga mendapat tempat duduk yang nyaman. Oke, perjalanan dari shelter UNJ sampai Matraman memang nyaman. Tapi, ketika transit dan berjalan ke tujuan Kampung Melayu, kami tak ada yang mendapat tempat duduk sama sekali.

Di saat itulah kondisiku mulai terasa lebih parah. Perutku mulai melilit. Well, FYI, sebelum berangkat pun perutku memang sedang sakit. Tapi, tidak separah saat tadi, ketika naik busway tujuan Kampung Melayu.
Ah, aku mencoba menghibur diri; kalo rejeki nggak akan kemana.

Dan rejeki itu ternyata belum bisa saya dapatkan setelahnya.

Dari shelter Matraman kami berniat turun di Kampung Melayu. Sayangnya, kami naik busway jurusan PGC sehingga memaksa kami transit di shelter Bidara Cina.

Saya kemudian memberi ide, "kita balik lagi aja terus naik lagi dari shelter Kampung Melayu. Kan di shelter pertama tuh. Biar bisa duduk." Yoga sebagai leader perjalanan mengiyakan. Maka, kami balik lagi ke shelter Kampung Melayu. Dan tragisnya rencana kami gagal. Lebih tepatnya saya yang gagal. Saya tidak mendapat tempat duduk, saudara-saudara.

Sebelumnya, saya dan Yoga sempat mengatur strategi. Kami menunggu di pintu masuk depan.

"Lu langsung fokus ke kanan aja. Cari tempat duduk di bagian tengah," saran Yoga.

"Aku ke depan aja. Yang deket supir."

"Awas nggak kebagian tempat. Bagian depan kan cuma beberapa doang." belum selesai mengatur strategi, busway yang kami tunggu datang. Kami bertiga bersiap.
"Pokoknya harus dapat tempat duduk." doaku. Dan...

Kami bertiga masuk. Dorong-dorongan terjadi. Yusuf dan Yoga di depan saya. Yusuf ke bagian depan dan Yoga ke tempat duduk bagian tengah.

Yoga dapat tempat, Yusuf juga. Kemudian di samping Yusuf masig tersisa 1 bangku yang kosong.

Tinggal satu langkah ketika tiba-tiba dari sebelah kiriku seorang bapak gemuk menerobos dan mendorong pelan tubuhku. Sedetik kemudian bapak itu pongah sambil memeluk tasnya duduk di samping Yusuf. Kusapu pandangan dan tak ada lagi bangku tersisa.

Perjalanan berlanjut. Dari satu shelter ke shelter yang lain dan aku merasa orang paling TAK beruntung di dalam busway itu. Gini, sudah kuceritakan bahwa pada waktu itu kondisi memang tidak fit. Penyakit perutku yang seringkali melilit kambuh. Memang tidak separah biasanya namun cukup membuatku hampir kayak orang mau mati (astaghfirullah). Ketika baru naik dari shelter Kampung Melayu busway tidaklah terlalu penuh. Masih ada celah buat bergerak dan berpindah posisi. Nah, ketika bus berhenti di shelter Bidara Cina keadaan tak bisa dikendalikan. Lagi-lagi seperti de-javu, penumpang di bus itu ibarat kerupuk yang dimasukkan ke dalam sebuah plastik. Sampai benar-benar tak ada space buat bergerak. Oke, jangan anggep saya sebagai lelaki nggak kuat ya. Memang, aku hampir pingsan saat itu. Bayangkan, di tengah kondisi badan yang kurang fit, saya harus berada di situasi seperti itu. Dan belum selesai sampai disitu.

Entah, ada berapa shelter dari Kampung Melayu sampai shelter Kampung Rambutan. Yang paling tak saya sukai adalah ketika bus merayap di daerah sebelum Kramat Jati. Busyet. Udah sempit-sempitan kayak kerupuk, perut melilit, kepala mulai pusing (yang ini tambahan aja. biar lebih dramatis) ditambah macet lagi. Saya kurang tahu pasti berapa lama. Tapi, saya yakin lebih dari tiga puluh menit waktuku habis dan ketidaknyamananku sungguh terasa di daerah sekitar "pasar yang membuat macet" itu.

Akhirnya, ketika sampai di terminal Kampung Rambutan aku sempat berpikir untuk tak melanjutkan perjalanan itu. Sedikit nggak terima ketika ada yang nyeletuk, "mau jadi superhero sih." Mungkin dia pikir saya dengan senang hati merelakan tempat duduk saya kali. Huft.

Cerita waktu

Kupandangi jarum jam yang terus berdetik
tik
tik
tik
mencapai angka
satu
dua
tiga
...
enam
...
dan
dua belas

tak berhenti
lambat
pasti
menerus

إقبال ألحرص
Batu Aji، ٢٦.٠٨.٢٠٠٩

Rintih kepahitan

Pagi bersambut dengan mendung
kemudian rintikrintik mengambil tugasnya
hingga keheningan mencapai titik paling tinggi

keluarlah
seorang hamba
yang
merasa ada
tapi tiada
merasa hidup
tapi tak bernyawa
merasa besar
tapi sekeping pun tak tampak
merasa kuat
tapi tak mampu menjejak
merasa bisa
tapi tak kuasa

menjerit
menatap angkuh langit di atas
petantangpetenteng seperti makhluk tak bisa mati
meminta kepastian kapan ia bisa hidup
tanpa beban
bisa berdiri
tanpa terjatuh
bisa berlari
tanpa tersandung
bisabisa
tanpatanpa. . .

Malam bersambut dengan mendung
rintikrintik bersemangat mengambil bagian
hingga keheningan di titik akhir
dan
seorang hamba masih bertanya:
"kapan semua ini berakhir?"

Batam, 24 Agustus 2009

Resonansi pikir, hampir gila

tenggelam,
ya, aku ingin tenggelam
bersama segala kepedihan
yang kurasa,,
mengalirkan mozaik cerita
yang berbeda
perlihatkan kekuatan
bertahan; tanpa kehadiran
malaikat semangat
yang menjelma
pada sosoksosok
sahabat

pergi
ya, aku ingin pergi; jauh
menghilangkan penat yang kurasa
ke hutan
kugantungkan penat itu
pada pohonpohon yang tumbuh
kekar menjejak bumi,

terbang,
ya, aku ingin terbang
membakar semua pada sang matahari,

mati,
tidak, aku TAK INGIN mati
benarbenar tak ingin
sungguh
AKU TAK INGIN MATI


Batam, 20 Agustus 2009

Pada dawai mimpi; kupahat asa

Ku ingin menghujani lubang mimpiku,
dengan air semangat,
kerja keras,
keberanian,
ketegaran,
perjuangan,
dan
ketekunan,
agar ia menjadi lautan penuh keberhasilan dan kekayaan. .

Kuingin mengalirkan kekuatan doa di lumbung asaku,
agar ia menjadi harta penuh berkah
dan
menjadikanku mampu tegap berdiri
;tak goyah,
oleh terpaan badai, sekencang dan sekuat apapun ia menghadang.
Kuingin

kuingin

dan

kuingin.


Batam, 17 Agustus 2009

Terjebak

Ku terbawa oleh ego yang memuncak
: begitu tinggi
pikir sehat ini tak diberi ruang tuk bicara, sedikitpun
terjerat
tak bisa lepas
tak bisa pergi
dan
mati


Batam, 15 Agustus 2009

Aku Siapa

aku siapa?
ya, aku ini siapa?

aku tak tahu
aku ini siapa?
benarbenar

aku siapa?


Batam, 15 Agustus 2009