Technology

Pages

Rabu, Januari 19, 2011

Sebut Saja Mawar (Seri Tiga)

"Oh, itu. Udah biasa mah kalo orang yg ketemu sama aku ya ngira kalo aku 'mala', mahasiswa lama." aku menjawab pernyataan Ardy sedikit becanda tapi melihat ekspresi mukanya yang biasa aja pasti becandaan itu gayus.. eh jayus baginya.

"Ngambil apa? Sastra atau pendidikan?" tanyanya.
"Pendidikan. Kamu?
"Sama. Gua juga pendidikan."

Timing setelah itulah yang mungkin bisa menjawab mengapa harus Lola. Datang seorang cowok ikal sedikit pendek mendatangi kami.
"Belum buka ya sekretariatnya?"

"Nggak bisa liat sendiri apa?" mungkin ini ada di pikiran Ardy. Haha. Ngeles. Sebenarnya aku yang berpikir seperti itu.
"Tau tuh. Kita aja bingung." jawab Ardy.
"Oya, gua Riyan. Jangan lupa pake huruf 't' di belakang. R-I-Y-A-N-T.."
"Gua Ardy." Mereka berjabat tangan. Kemudian pandangan Riyant beralih memandangku.

"Lu kakaknya Ardy?" Hah, lagi-lagi. Pusing nih jadinya kalo punya muka tua.

Kupaksakan tersenyum juga dan menjabat tangan Riyant. "Iqbal. Mahasiswa baru juga kok."
"Ah, Mas lucu. Bisa juga 'udah dewasa' masih becanda." Riyant sengaja menekan kata udah dewasa yang pasti maksud sebenarnya adalah TUA. Sabar-sabar ya, batinku.

"Terserah deh." kataku akhirnya. Akhirnya, waktunya aku harus cerita mengapa Lola. Saat aku, Ardy, dan Riyant ngobrol masalah MPA Lola datang membawa pesonanya sendiri. Di pandanganku Lola dateng pake slow motion dengan soundtrack "Pandangan pertama".

Pandangan pertama
awal melihat setan...

Ups! Bukan yang itu. Oke, nggak usah pake soundtrack. Yang jelas aku merasa beruntung dan mungkin mereka berdua merasakan hal yang sama karena dari tadi cuma kita bertiga yang di sini. Nggak ada cewek sama sekali.
"Hei, gua Lola. Kalian mahasiswa baru juga kan?" Lola bertanya sambil memandang kami. Oh, tidak. Bukan kami tapi mereka berdua. Tidak kepadaku. Aku langsung berpikir bahwa Lola pasti menganggap aku kakak tingkat atau sama seperti perkiraan Riyant, kakak Ardy, dan semoga dia ngga menganggap aku BAPAK salah satu dari Riyant dan Ardy.

"Iya, kita mahasiswa baru juga. Ini lagi nungguin BEM buka." aku berinisiatif menjawab pertanyaan Lola agar ia tahu aku juga mahasiswa baru.
"Oh," jawabnya singkat.
"Lola, gua Riyant. Ini Ardy dan ini Iqbal." Riyant memperkenalkan kami seperti seorang juru bicara dalam lomba cerdas cermat.

Kamipun ngobrol sambil menunggu kebiasaan orang Indonesia yang sudah menjangkiti makhluk bernama 'mahasiswa' juga. Di tengah-tengah obrolan seorang perempuan datang tergopoh-gopoh. Perempuan berkacamata yang akhirnya di masa yang akan datang kami tahu wajahnya sedikit mirip dengan salah satu Dosen Listeningku.

"Udah lama nunggu? Sorry ya. Bentar gue telpon temen gue yang biasa bawa kunci."


Oke. Maaf, temen-temen juga harus ikut menunggu siapa orang yang bawa kunci. Cerita selanjutnya (semoga) bakal lebih menarik. Jangan sampai ketinggalan ya.

Minggu, Januari 16, 2011

Sebut Saja Mawar (Seri kedua)

Mana ya si Lola? Susah kali nemuin tuh orang. Maklum ya. Kalau nyari Ardy mah enak karena cowok di jurusan ini bisa dihitung dengan jari. Nah, ceweknya. Alamak. 5:1. Menang telak untuk para cewek.

Hm, sebenarnya hal itu sedikit memberi berita gembira. Semoga saja cewek-cewek itu bakal ada yang melirikku. Yah, untuk seorang yang tampangnya pas-pasan kayak aku mah susah kalo harus berebut cewek. Pasti bakal langsung di tendang ke laut. Oke, kalo kondisinya seperti ini masih ada harapan. Paling nantinya satu kelas bakal cuma ada beberapa makhluk bernama cowok.

Masih kucari Lola. Menyapu ruang perpustakaan satu-persatu dan nggak ketemu. Ah, mungkin masih di kamar mandi, pikirku. Tiba-tiba pikiran sehatku sadar dan bertanya terhadap diriku sendiri. Kenapa harus Lola?

Aku bingung sendiri menjawabnya. Iya, kenapa harus Lola? Wah- wah, harus ketemu jawabnya nih. Jangan sampai ini bakal jadi gosip.

"Pikir baik-baik, Iqbal! Lagian kenapa harus nyebut nama Lola? Dasar bahlul. Kamu sendiri yang nyari perkara." Aduh, pusing!

Mungkin bakal aku temuka jawabnya kalau mengundurkan cerita ini lagi. Maaf nih. Ini bakal jadi flashback terakhir.
***
"Kok belum buka sekretariatnya? Gimana bisa tau perlengkapan apa aja yang harus dibawa waktu MPA." aku merutuk pada diri sendiri. Hal yang akhirnya kusadari bahwa itu sia-sia. Kutunggu saja di sini, batinku sembari mendudukkan pantatku di tempat duduk di depan ruang BEM.

Selewat beberapa menit datang seorang cowok. Agak putih, kurus, tapi kalau aku boleh menilai (jangan kira aku maho ya), dia ganteng. Pasti beberapa bulan ke depan dia bakal dapat cewek paling bohay di kanpus ini. Paling tidak pasti ada yang menaruh hati padanya sejak pandangan pertama. Penilaianku sendiri yang juga membuat aku sedih. DIA LEBIH GANTENG DARIKU. Hiks!

Dia berjalan mendekatiku. Haha. Mungkin kalo aku cewek bayanganku seperti ini (ni misal aku cewek lho):
Aku membenarkan rambutku. Menyelipkan beberapa helai yang tergerai di atas kupingku. Senyum terbaikku ku-design paling menawan dan menyapanya terlebih dahulu dengan kalimat, "Hai, anak BEM ya? Kok sekretariatnya belum buka ya? Boleh nanya ma kakak aja atau minta no kakak aja soalnya aku nggak bisa lama."

Cukup! Jangan diteruskan. Nanti malah jadi gosip lagi. Yang tentang Lola aja belum ketemu jawabnya. Bisa-bisa berabe. Pokoknya itu saja bayangan gilaku.

Cowok itu mendekatiku dan memberikan telapak tangannya padaku, "Gua Ardy. Lu?"
"Aku Iqbal," jawabku. "Anak BEM ya? Kok belum buka ya sekretariatnya?" tanyaku tanpa basa-basi. Kalo benar dia anak BEM kan siapa tau bisa langsung dibuka pintu ruang BEM-nya.

"Anak BEM? Nggak salah? Gua mahasiswa baru. Gua malah mikir Lu yang anak BEM atau kakak tingkat gua soalnya..." Ardy menggantung kalimatnya.

"Soalnya kenapa?" kejarku.

"Soalnyaaa... tampang Lu tua banget."

Sial! Lagi-lagi wajahku yang jadi ukuran. Benar-benar sial.  Tapi, memang bener sih. Aku kan memang tak lagi muda dan tampangku juga awet TUA. Aku tak bisa menyalahkan takdir.


Bagaimana kisah selanjutnya? Dan apa alasan mengapa Lola? Wah, kalian bakal nggak boleh ketinggalan di cerita selanjutnya.

Rabu, Januari 12, 2011

Sebut saja mawar the series

Cerita ini bakal kumulai saat kita sedang persiapan WF (Welcome Freshman). Check this one out!





Susah ternyata ngatur orang-orang yang sudah dewasa (atau sok dewas, hehe). Dua hari lagi bakal ada acara WF atpi belum ada persiapan yang matang. Sang ketua kelas malah sibuk ikut aksi. Udah gitu mau ngambil alih kekuasaan takut dianggap kudeta. Hah, kalo gini terus gag bakal selesai-selesai.

"Gini aja, sekarang salah satu bertanggung jawab untuk bikin naskah jika kita mau tampilin drama." aku mulai beretorika. Beberapa teman sekelasku ada yang masih sibuk sendiri. "Siapa yang mau bikin naskah.

"Elu aja, Bal. Elu kan suka bikin cerita." Tiwi, temen yang beberapa hari yang lalu tuker-tukeran alamat blog berbicara.

"Enggak ah. Kalo urusannya drama aku gag jago." aku berkilah. Lagi males bikin cerita soalnya. "Udah siapa yang mau bikin naskahnya?" aku mengulang pertanyaanku. Aku memandangi mereka satu-persatu. Ada beberapa orang yang sudah kukenal dan ada yang cuma paham wajah doang. Diantara yang kukenal itu ada si Ardy dan Lola, orang yang pertama kali kukenal waktu sebelum MPA. Hem, sebaiknya cerita ini aku mundurin ke belakang lebih jauh ya. Maaf nih, meskipun judulnya 'Sebut Saja Mawar The Series' tapi kayaknya bakalan tokoh 'AKU' yang banyak disoroti. Hehe.

Oke, aku mundurkan cerita saat MPA.

Seksi kedislipinan terihat seperti pemburu yang siap memangsa buruannya. Dan buruannya tentu saja kami, mahasiswa baru. Di depan kami ada Bang Soleh yang dari wajahnya terlihat begitu nafsu menghadapi kami. Di bagian tengah di depan kami ada Bang Fauzan yang disebut panitia Bang Ojan. Wajahnya tak lebih garang dari Bang Soleh tapi beberapa dari kami terlihat menundukkan wajahnya.

"Ayo, siapa yang mau jadi Leader of The Day!" Bang Nadi sama siapa gag tahu namanya, yang jadi MC MPA jurusan pertanyaannya. Aku mnimbang-nimbang. Tunggu dulu, ah. Kalau nggak ada yang mau mengajukan diri jadi Leader of The Day baru aku maju. Beberapa second kutunggu. Dou MC MPA masih terus meminta salah satu dari kami untuk mau jadi Leader of The Day tapi belum juga ada yang mau maju. Bang Soleh yang berdiri tak jauh dariku menampakkan wajah gaharnya. Mengatakan bahwa kami cemen dan penakut. Akhirnya, karena tak ada yang maju maka aku mengangkat tangan dan disambut dengan hangat oleh Bang Nadi dan MC yang satunya.

Kulemparkan pandanganku ke arah temen-temen satu jurusan yang belum banyak kukenal dan kupandangi Ardy. Sedikit mencari dukungan. Ketemu. Duduk di bagian belakang di kelompokku. Dan kucari Lola.


Kenapa Lola? Jawabannya ada di cerita selanjutnya. Jangan Sampai ketinggalan ya.

Kamis, Januari 06, 2011

Sayembara Menulis Cerpen Forum Sastra Bumi Pertiwi Tingkat Nasional 2011(Copas dari Facebook Ahmad Ijazi H )

Ini sumbernya

Dead Line 25 Maret 2011 
Syarat lomba :
1.       Peserta adalah warga negera Indonesia tanpa batasan usia
2.       Naskah berbahasa Indonesia, diketik di kertas kuarto, spasi ganda, font Times News Roman ukuran 12          
3.       Panjang naskah 4-8 halaman, margins 3 cm
4.       Naskah harus asli, bukan terjemahan, saduran atau hasil plagiat
5.       Tema bebas, namun diharapkan mengandung manfaat/ pesan moral bagi pembaca
6.       Naskah belum pernah dipublikasikan di media manapun dan tidak sedang diikutsertakan dalam sayembara lain
7.       Sertakan sinopsis cerpen di halaman terpisah, maksimal 150 kata
8.       Setiap peserta boleh mengirimkan lebih dari satu cerpen
9.       Setiap naskah diberi judul, nama penulis, biografi singkat penulis, no hp, email dan alamat rumah
10.    Setiap cerpen/setiap judul naskah yang diikutsertakan wajib membayar uang pendaftaran RP 10.000,- (uang ini nantinya akan digunakan untuk pembuatan antologi dan sebagian disumbangkan untuk membantu korban bencana alam)
11.    Uang pendaftaran ditransfer ke Bank BRI No Rekening : 5412-01-013576-53-1 a/n Abdur Rahim
12.    Bukti transfer discan atau difoto, lampirkan beserta naskah cerpen, lalu kirim ke email: fsbp@ymail.com cc : fsbp2@yahoo.co.id
13.    Format subject (FSBP-Nama Penulis-Judul Naskah). Contoh: FSBP-Kurniawan-Senja
14.    Karya peserta diterima panitia paling lambat tanggal 25 Maret 2011
15.    Pemenang diumumkan pada tanggal 25 Mei 2011 di blog FSBP http://forumsastrabumipertiwi.blogspot.com/  atau Facebook : Fs Bumi Pertiwi dan Forum Sastra Bumi Pertiwi
16.    Keputusan juri tidak dapat diganggu gugat Hadiah:
Ø  Pemenang 1 uang tunai Rp 3.000.000,- + piagam penghargaan + antologi cerpen pemenang
Ø  Pemenang 2 uang tunai Rp 2.000.000,- + piagam penghargaan + antologi cerpen pemenang
Ø  Pemenang 3 uang tunai Rp 1.000.000,- + piagam pengahrgaan + antologi cerpen pemenang
Ø  20 pemenang harapan mendapat piagam penghargaan + antologi cerpen pemen