Technology

Pages

Selasa, Desember 03, 2013

Me 'n Gozzan

Entahlah. Aku sendiri nggak tahu apa alasannya dan bagaimana hingga ia lebih dekat denganku. Awalnya, tak ada yang istimewa. Aku tak merasa dekat. Seperti ke anak-anak yang lain. Biasa. Namun, sekarang aku merasakan ia menyukaiku. Entah karena apa? Aku sendiri bingung. Dan akhirnya aku pun sangat menyayanginya. Lebih dari anak-anak itu.

Namanya Gozzan. Sampai saat ini aku tak tahu nama panjangnya. Dia adalah salah satu murid Comdev (Community Development) FBS, sekolah gratis untuk anak-anak daerah Pura Bali di belakang kampusku. Setiap orang akan gemes begitu melihat tubuhnya yang sangat “sehat” dibandingkan anak-anak yang lain. Tubuhnya bulat sempurna saking sehatnya. Rambutnya ikal dan agak sedikit panjang yang menyamarkan jenis kelaminnya karena maklum, masih anak-anak. Belum begitu jelas apakah dia perempuan atau laki-laki. Semua yang baru mengenalnya akan menanyakan, “dia cowok apa cewek?” Begitulah. Seorang anak yang punya daya tarik dari tubuhnya yang super besar ternyata “menyayangi” dan “mencintai-ku” dengan caranya. (semoga bukan perasaanku saja).

Gozzan. Seperti yang kubilang tadi. Awalnya, aku menganggap dia biasa-biasa aja. Nothing special. Hingga akhirnya aku menyayanginya. Sangat menyayanginya. Aku ingat pertama kali rasa itu tumbuh. Saat itu setelah bagi raport Comdev, Pengurus memutuskan untuk mengadakan outing-class di Ragunan. Kemudian keluar dari lisannya penuh ketulusan, “Pak Iqbal ikut gak? Kalo nggak ikut Gozzan nggak ikut”. Kemudian kukatakan padanya bahwa aku akan menyusul rombongan karena ada yang harus kukerjakan dan akhirnya senyum dari bibirnya terkembang.

Kemudian di liburan selanjutnya, saat jalan-jalan Comdev ke TMII dia menanyakan hal yang sama apakah aku akan ikut jalan-jalan atau nggak? Aku, saat itu, menjawab langsung pertanyaannya dengan anggukan tegas dan aku semakin terharu ketika di hari H saat akan berangkat jalan-jalan dia memberikanku beberapa bungkus makanan kecil yang sengaja dia bawa dari rumahnya. “Ini untuk pak Iqbal”. Lucunya, dia menolak memberikannya pada guru yang lain. Tidak juga pada Nadya dan Ardy (weks!!! :P)

Gozzan. Aku tak pernah memperlakukannya secara khusus. Aku memang terkadang gemes melihat pipi chubby-nya (hal sama yang pasti dilakukan semua orang saat melihatnya). Namun, setiap kali aku dating untuk sekedar melihat proses belajar mengajar Comdev, dia langsung tersenyum penuh makna ke arahku bahkan langsung memelukku.

Kata teman sekelas sekaligus guru Comdev, Nadya, anak kecil itu tak pernah bohong dan aku percaya rasa sayang Gozzan kepadaku juga bukan sebuah kebohongan. Rasa sayang yang ternyata mengalahkan cintanya pada Bu Nadya, Bu guru yang justru lebih banyak mencurahkan waktu dan pikirannya untuk Comdev. Dan ternyata rasa itu nggak hilang bahkan ketika setahun lebih aku jarang sekali bertemu dengannya karena tak lagi berurusan dengan Comdev. Amanah di  BEMJ yang menuntutku untuk nggak lagi terlibat di Comdev tak membuat Gozzan melupakanku. Hingga ketika liburan Comdev semester ini, saat outing-class di Museum Satri Mandala, lagi-lagi dia menunjukkan rasa cintanya padaku.
“Pak Iqbal. Sini! Makan bareng Gozzan.”

*Aku menyayangimu seperti engkau menyayangiku. Tulus setulus engkau mencintaiku. Terima kasih telah membuatku merasa bahwa aku berarti.




0 komentar: