Technology

Pages

Selasa, Mei 10, 2011

Rayuan Pergerakan

Oleh: Annisaa Rachmah Syam


 Jika sampai saat ini, engkau enggan bergerak. Maka sesekali kau perlu naik kereta listrik ekonomi. Kau kan sadar, bahwa inilah alasan kita : mencari nilai kebangkitan Negeri.

"Maaf kak, saya nggak  diperbolehkan orangtua."
"Maaf kak, saya ada agenda."

Kalimat ini sering sekali terdengar dan keluar dari lisan para mahasiswa yang mengaku dirinya aktivis ketika diminta turun ke jalan. Miris. Ketika aktivisnya saja berkata seperti ini, bagaimana mahasiswa lain? Tulisan ini hadir setelah 2 kali melakukan pergerakan yang paling lemah : Diskusi. Diskusi tentang mau dibawa kemana negara kita yang kehilangan supirnya.

Kawan, kau lihat para orang-orang berdasi di Senayan sana? Mereka tak kenal lelah memperkaya diri sendiri. Karena mereka bergerak untuk 'rakyat'. Saudara, keponakan, istri, anak, ya mereka lah definisi rakyat yang sampai saat ini tertanam dalam pemikiran eksekutif dan legislatif kita. Mereka-yang mengaku dirinya wakit rakyat- tak henti-hentinya memanfaatkan anggaran negara se'efisien' mungkin. Untuk studi banding, untuk perbaikan gedung 1,3 triliyun, untuk reses yang menghabiskan lebih dari Setengah Milyar, dan masih banyak untuk-untuk lain yang sampai saat inimungkin belum membuahkan hasil.

Bapak negara kita yang senantiasa menjaga citra pun tak mau ketinggalan kawan. Semua ia lakukan untuk rakyat. Oleh karena itu, mungkin ia akan maju ke putaran ketiga? Atau mengulang Rezim alm. Soeharto? Atau menyiapkan keluarga yang 'Ono-ono' itu untuk menjadi pemegang tahta berikutnya??? Beri tepuk tangan untuk ketidaksadaran kita selama ini. Terima kasih untuk media yang membesarkan info terkait keluarga kerajaan yang akan terbangun di Indonesia, ketimbang memperlihatkan berapa banyak sekolah yang sampai saat ini masih jauh dari standar : LAYAK.
kemarin saya bergurau dengan seorang teman saya, "Pernah nggak ya Pak S*Y naik kereta ini dan melihat realita yang ada?", Teman saya tersenyum dan berkata, "Kalau saja mereka melihat hal ini, nggak akan ada lagi korupsi di bangsa kita."

Sungguh saudaraku, berapa kali kita temui pemuda-pemuda yang menggoyangkan sapunya demi uang Rp 500! Berapa kali mata minus saya menangkap anak kecil usia 8 tahun menggendong adiknya yang berusia 3 tahun! Berapa kali tubuh saya yang kelelahan menangkap orangtua yang harusnya duduk di rumah, lebih berpayah-payah menggendong tas menjajakan tisu, permen! Hah!Bapak-bapak yang duduk-duduk di sana!Andai kau lihat ini!.

Dan sayalah orang bodoh dengan iman yang paling lemah! Saya hanya mampu menunduk menahan mata saya yang lelah dan berair sambil merogoh dompet batik koin saya. 500, 1000, 2000, tak akan membuat keadaan ini berubah. Karena perubahan menyeluruh ada di sana. Di tangan orang-orang yang duduk di kursi 2 milyar, di pagar 1 milyar, di dinding 100 milyar. Tangan mereka yang menandatangani setiap kebijakan. Mata mereka menatap sekilas setiap kebijakan yang akan disahkan. Kemana mereka? Jangan Biarkan kesalahan ini terus menggurita karena mahasiswa santai dan diam-diam saja.

Haruskah sampai saat ini kita masih sibuk dan berkutat dengan kepentingan pribadi?
Bukankah berarti kita telah sama dengan mereka-mereka yang berdasi? yang sibuk memperkaya diri sendiri?
Semoga saja tidak.


12 Mei hanya akan jadi kenangan saja ketika kita masih duduk-duduk dan sekedar menonton sejarah euforia Reformasi...
21 Mei pun hanya akan jadi seremonial belaka, ketika mahasiswa kehilangan kerinduan akan kebangkitan Indonesia!

Bangkit wahai pemuda!
Tunjukkan aksimu! Karena pergerakan lahir dari sini-dari hati. Jika hatimu masih tak merayu untuk berjuang bersama, maka yakinilah, saat ini hatimu butuh penyegaran. Penyegaran yang lahir dari adik-adik kita yang kehilangan kesempatan sekolah. Penyegaran yang lahir dari anak-anak yang harus mencari nafkah di tengah keriangan meraka.

HIDUP PEMUDA INDONESIA!
HIDUP RAKYAT MISKIN INDONESIA! 

0 komentar: