Aku menjabat tangan Satrio sambil memperhatikan lekat wajahnya. Sedikit perasaan takut menggangguku mengingat daerah ini bukan daerah yang kuakrabi. Sedetik kemudian kutarik pandanganku dari wajahnya menyadari tindakan itu salah.
"Mau kemana, Mbaak..." tiga kerutan di dahinya menyembul. Aku jadi rikuh karena belum memperkenalkan namaku. Tapi, apa perlu? Pemuda di depanku bukan siapa-siapa. Baru kenal beberapa menit yang lalu. Secepat itukah aku harus memberitahukan namaku.
"Saya orang baik-baik kok," giliranku yang mengerutkan kening. Aku menutup mulut. Tetap diam. Semakin lama aku jengah ditanya terus-menerus. Kumasukkan Nokiaku ke dalam tas dan kuputuskan menyeret langkahku menjauh dari Satrio.
"Diana, tunggu!"
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar