Technology

Pages

Kamis, Oktober 18, 2012

Prasangka


Jika teman terdekatmu berubah, tak lagi mau jalan bareng dengan alasan yang macam-macam. Jika pacarmu juga berubah, tak ada waktu untuk sekedar mengucapkan selamat tidur padahal sebulan yang lalu bahkan “teror” sms seperti itu hampir tiap menit memenuhi hapemu. Jika akhirnya kamu tahu malam minggu kemarin pacarmu nggak datang ke rumah seperti biasa tapi justru kamu mendengar dari temanmu yang lain bahwa dia jalan dengan teman dekatmu. Jika akhirnya siang ini kamu melihat sendiri mereka jalan berdua di mall kemudian makan di tempat  favoritmu dan pacarmu. Ya, jika itu semua terjadi padamu kamu berhak untuk marah. Kamu juga berhak untuk memutuskan hubungan dengan mereka berdua. Kamu lebih berhak lagi menganggap mereka tak ada. Sama seperti yang kulakukan terhadap pacarku dan teman dekatku. Mereka benar-benar tak tahu diri.

Kamu sudah memimpikan minggu depan akan jadi minggu yang special karena itu adalah lima tahun kami pacaran. Lima tahun. Coba kamu bayangkan. Itu bukan waktu yang singkat. Kalau saja pacarmu mengatakan itu baik-baik, putus baik-baik, maka kamu juga pasti akan merelakannya kan? Tapi, ini lebih menyakitkan. Mereka ada main di belakangmu. Aku sendiri tak habis pikir bagaimana mereka bisa tega melakukan itu padaku. Sungguh, sampai kapanpun kamu pasti takkan memaafkan mereka. Iya kan? Kalau iya berarti kamu sepaham denganku. Sampai kapanpun.

Semua membuatmu malas untuk berangkat kuliah pagi ini karena kamu akan bertemu dengan mereka berdua. Bertatap muka dan pasti akan ada percakapan dengan mereka dan akhirnya kamu memilih untuk datang terlambat ke kampus bahkan tak masuk kelas. Kamu pasti akan bersembunyi dari mereka. Menjauh. Bila perlu urus saja surat kepindahan kuliah. Aku sudah berpikiran sejauh itu. Karena sakit hati


“Eh, Ra, lu nggak masuk kelas. Tadi dicariin sama Andre lho. Katanya mau ngomong penting,” temanmu mengagetkanmu saat kau sedang memikirkan pembalasan buat mereka berdua. Terus, jika seperti itu inikah jawabanmu?

“Andre? Oh, mantan pacar gue itu. Masih punya urusan apa lagi dia?”

“Mantan pacar? Jadi bener kalian udah putus?” omongan temanmu yang bernama Sinta itu justru lebih mengagetkanmu. Tapi, kamu pasti bisa mengatasi keadaan itu. “Iya, beberapa hari yang lalu,” kataku. Katamu juga kan?

“Pantes. Tadi si Andre berangkat bareng sama Aisyah. Denger-denger mereka udah deket.” Apa reaksimu sekarang? Masihkah kamu tenang dengan semua ini? Aisyah, teman dekatmu ternyata tak sebaik penampilannya.

* iqbal_haris *

Apa yang akan kamu lakukan jika semua itu terjadi padamu? Tolong aku. Biar tak salah mengambil tindakan. Kamu mau mencincang mereka hidup-hidup? Setega itukah? Tidak. Kamu pasti bukan orang seperti itu. Apa bedanya dengan mereka.

Kalender di dinding kamarmu menunjukkan angka 23 Desember. Enam tahunmu berpacaran. Seharusnya. Jika dia nggak selingkuh. Saat ini kamu telah siap dengan dandanan seadanya. Dia memang mengajakmu keluar malam ini. Tapi, tadi siang dia mengatakan bahwa ada hal penting yang ingin dia bicarakan. Dan kamu juga pasti shocked ketika dia mengatakan bahwa dia juga mengajak Aisyah. Buat apa? Oke, kalau dia mau mengatakan yang sejujurnya malam ini. Maka, kamu masih memberinya waktu kan? Kamu datang memenuhi undangannya, kamu putusin, dan kamu pergi. Persis. Sama seperti rencanaku.

Di kafe ini, di tempat dimana sering kamu habiskan waktu-waktu bersamanya, hampir tiap malam minggu. Ah, sudahlah. Kamu pasti tegar. Buat apa menyesali semuanya. Toh, dia bukan satu-satunya. Dia saja dengan mudah menggantikanmu di hatinya. Kamu juga pasti bisa.

Dia datang. Dengan Aisyah. Satu mobil. “Maaf, sudah lama. Ayo, langsung masuk aja. Di tempat biasa.” Senyumnya sama. Tidakkah dia berpikir kalau kamu benci dengan senyum palsu itu. Sekarang. Setelah dengan tidak canggung dia lebih memilih menjemput Aisyah bukan kamu yang masih pacarnya. Masih pacarnya.

Akhirnya, kamu tidak bisa basa-basi. Kamu risih melihat dia lebih sibuk dengan Aisyah hingga kalian duduk bertiga di meja itu. “Maaf, jika semua ini mengejutkanmu dan membuatmu marah. Ini sudah lama ingin kukatakan. Tapi, aku belum siap. Aku ingin kamu menjadi istriku. Pacaran tak ada gunanya. Hanya buang-buang waktu. Sekarang aku telah siap untuk jadi imam bagimu.” Kamu linglung. Semuanya terjadi sangat cepat. Aisyah tersenyum simpul kepadamu.

Kamu akhirnya tahu bahwa kejadian sebulan ini adalah skenario Andre. Kamu juga tahu bahwa Aisyah adalah sepupu dia, hal sama yang baru mereka ketahui. Dan kamu juga tahu bahwa sekarang kalian nggak bertiga. Ada Sinta dan teman-temanmu yang lain yang ditugaskan Andre untuk membuat gosip kedekatannya dengan Aisyah. Kamu juga akhirnya tahu kalau semua prasangka salah. Mengapa tak meminta penjelsan dulu sejak awal. Semoga kamu juga bisa belajar sepertiku belajar untuk tak berburuk sangka.

0 komentar: