Selasa, September 11, 2012
Aku masih belum punya apa-apa
Wajah-wajah di sekitarku menampilkan wajah-wajah kebahagian. Tersenyum. Tertawa. Berbeda denganku. Detik ini, waktu ini, minggu-minggu ini, sebulan ini. Aku tak bisa jika selalu aku yang mengalah. Sepertinya semua ini harus diakhiri. Maaf, bukan aku tak tahu terima kasih. Bagiku engkau adalah kesejukan yang mengaliriku sejak awal. Tapi, kesejukan itu telah berubah. Bukan engkau yang berubah. Tapi, aku. Aku yang merasa kecil di depanmu. Aku yang merasa hina di depanmu. Aku yang menjadi benalu di kehidupanmu. Aku yang selaku merepotkanmu. Aku yang tak bisa menerima kekuranganmu meski aku pun tak lebih baik darimu.
Aku hanya memandang ini sebagai kekejian kehidupan. Tak apalah aku mengkambinghitamkan kehidupan. Karena aku tak bisa bersuara jika berada di depanmu. Bibirku kaku. Mulutku bungkam karena aku merasa tak pantas menggugatmu. AKu tak pantas meminta perubahan. Ya, sekali lagi karena aku memang tak lebih baik darimu.
Justru akulah yang sampah. Sampah yang kau angkat dari kotaknya dan sampai saat ini bau busuk tubuhku belum bisa aku hilangkan. Hingga engkau merasa lelah. Benci. Dan akhirnya aku membaca engkau menghindariku. Memilih untuk menjauh karena aku hanya membebani kehidupanmu.
Maaf, hubungan ini harus diakhiri. Bukan karena aku tak berterima kasih tapi lebih karena aku sadar diri siapa aku ini.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar