Technology

Pages

Selasa, Februari 01, 2011

Sebut saja Mawar (Seri Keempat)

Setelah sekretariat BEM terbuka seseorang mengeluarkan sebuah papan pengumuman berisi penjelasan tentang MPA yang ribetnya minta ampun; nametag dengan aturan ukuran yang segini dan segitu (ada dua lagi, jurusan dan fakultas), bikin essay, pake benda-benda yang aku nggak tahu maksudnya dan bla... bla... lainnya. Aku jadi berpikir seperti ini. Segala sesuatu di Indonesia banyak yang sebenarnya mudah tapi akhirnya dibuat ribet, terutama birokrasi dan pasti inilah salah satu alasannya mengapa. Baru mau jadi mahasiswa saja sudah dibuat ribet kayak gini.

Baik, saat ini aku belum bisa berbuat banyak. Aku yang seorang mahasiswa baru harus nurut terlebih dahulu.
***

21 Agustus 2010, pembukaan MPA

Ditemani langit pagi yang masih gelap aku berjalan agak keteteran dengan beberapa atribut yang super rebit. Ardy berjalan agak cepat di sampingku. Sedikit membuatku harus menambah kecepatan alhasil beberapa jam berikutnya terjadi sesuatu yang nggak mengenakkan karena pagi ini belum sarapan. Berjalan dengan sepatu pantopel pun salah satu yang membuat aku tak bisa berjalan cepat. Sepatu yang kupakai ukurannya sedikit lebih sempit dari ukuran kakiku. Aku yakin, pulang pembukaan MPA ini pasti kakiku lecet.

Masih berjalan sembari berusaha untuk tak ketinggalan Ardy sebuah sms masuk ke handphone-ku,

Hari ini, 21 Agustus 2010
adalah saksi bahwa kau telah memasuki
dunia baru
selamat datang kau, saudaraku
di kampus u-en-je...


Semangat!!!

Sender:
M. Agphin Ramadhan

Hem, sms itu kuacuhkan. Artinya di saat seperti ini aku tak benar-benar membaca dan akhirnya tak membalasnya untuk sekedar mengucapkan terima kasih.

Tiba di kampus B, kami semua dikumpulkan di sebuah tempat. Kayaknya tempat ini menjadi tempat parkir kalau hari-hari biasa. Sebelum bertemu dengan kelompokku, aku berpikir bahwa kami adalah pasukan merah jambu. Kami dari Fakultas Bahasa dan Seni memang diharuskan memakai atribut berupa slayer berwarna merah jambu. Ah, males deh kalau harus ngomongin atribut. Pasti nanti isinya cuma keluhan.

Setelah dirasa kami siap untuk melawan pasukan-pasukan dari fakultas lain kami digiring untuk masuk ke stadion. Tahukah kalian bahwa dalam pembukaan MPA ini kami dari semua fakultas harus punya yel-yel. Yel-yel yang nantinya diadu pas ada rektor u-n-je. Wah, demi seseorang yang sebenarnya (mungkin) nggak peduli dengan apapun yang kami ucapkan kami harus berteriak-teriak menghabiskan suara kami. Yang kusyukuri ternyata langit pun waktu itu ikut bersedih dengan keadaan itu. Mendung memayungi kami semua para peserta pembukaan MPA.

Akhirnya, beberapa jam kurasakan perutku mengalami sebuah kontraksi. Ya, inilah penyakitku kalau belum diisi nasi. Ini adalah salah satu akibat pagi-pagi harus berangkat belum sarapan dan harus berangkat bareng orang yang jalannya cepat takut terlambat acara MPA. Kurasakan perutku semakin tak bisa diajak kompromi. Aku memegang perutku merasakan perutku semakin sakit. Aduh, nggak boleh pingsan nih, malu-maluin.

Ah, disaat seperti ini aja masih malu. Emang mau dapat apa kalau kau mempertahankan diri dan merasakan kesakitan itu sendiri.

Ya, malu-maluin. Laki-laki masak pingsan? Mana cuacanya mendung gini. Kalau panas mah mash wajar?

Dua sisi hatiku bertarung. Kupegangi perutku erat dan...

Kenapa ya denganku akhirnya. Apa yang terjadi denganku setelahnya. Tunggu kelanjutan ceritanya di seri selanjutnya.

5 komentar:

Pertiwi Anggraeni mengatakan...

lo pingsan ga bal? kayanya pas MPA ada yang pingsan gitu bal. itu lo bukan?

Full Islamic Learning mengatakan...

koq sarapan?? bukannya puasa ya?? wah ketauan nie gak puasa :D

Iqbal Kharisyie mengatakan...

Tomy:

Maksudku sebenarnya sahur, Tom...

Tiwi:
Tungguin kisah selanjutnya..

4gp mengatakan...

woyyyy.....itu sms dari ane ya, hehe..kaya'nya gak gitu deh isinya

Iqbal Kharisyie mengatakan...

Emang sms'ya gmna, phin?