Aku memperhatikan kembali Satrio. Kuperhatikan lebih lekat pemuda berkumis tipis di depanku itu. Satrio? Sepertinya di kehidupanku sebelumnya aku tak pernah mengenal seseorang bernama Satrio. Tapi, bagaimana mungkin dia bisa mengenalku?
"Maaf. Kamu pasti nggak kenal denganku. Aku memang bukan siapa-siapa." Satrio berjalan mendekatiku. Kuputuskan untuk menjauh darinya. "Jangan pergi dulu. Saya orang baik-baik kok. Percayalah!" Langkahku kembali terhenti.
Kulayangkan pandanganku ke sekitar tempatku berdiri. Suasana di depan kampus UIN Syarif Hidayatullah ini begitu ramai. Aku berpikir positif bahwa Satrio memang bukan orang jahat. Setidaknya aku masih punya waktu untuk mendengar penjelasan bagaimana mungkin dia bisa mengenalku.
"Saya Satrio. Saya bukan mahasiswa UIN Syahid ini. Kebetulan kawan saya sekelas dengan Mbak Diana dan kebetulan juga saya punya beberapa kepentingan dengan Mbak Diana. Punya waktu?" Satrio berkata santun. Benar-benar menunjukkan bahwa dia orang baik-baik. Namun, aku harus tetap waspada.
"Siapa orang itu? Saya takut kamu berbohong."
"Indra Pamungkas."
"Indra? Teman sekelas saya nggak ada yang namanya Indra. Maaf, Anda salah orang." Aku langsung memerintahkan kakiku untuk berlari. Menyeberangi jalanan di depan kampusku yang ramai. Biar saja. Semoga ia tidak mengikutiku.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar